Penonton Bayaran dan Televisi - TELEmisi

Wednesday, June 6, 2018

Penonton Bayaran dan Televisi

TELEmisi
Kenapa harus ada yang namanya penonton bayaran? Mengapa sebuah program televisi memutuskan untuk menggunakan jasa penonton bayaran? Apa saja yang perlu kita ketahui soal penonton bayaran? Apakah penonton bayaran itu “pasti” alay? Bagaimana seharusnya kita memandang orang-orang yang menjadi penonton bayaran?

Hai, selamat datang lagi di TELEmisi, buat yang sudah sering atau sudah sesekali, serta selamat datang (tanpa lagi) buat kalian yang baru pertama kali mengunjungi blog ini.

Setelah acara ICA 5.0 NET usai, saya sudah cukup lama gak nulis artikel baru. Jadi pertama-tama, saya mohon maaf, buat kalian yang merasa dirugikan. Emang ada? Ya, mungkin?

Kenapa gak nulis artikel baru? Bukan karena saya sombong, mau nyombongin apa? Aku mah apa atuh?

Tutorial Aplikasi
Apa karena gak punya ide lagi? Gak juga, tapi ada benernya, dikit! Saya lagi mencari, apa lagi sih yang menarik untuk dibahas. Tapi, alasan utamanya karena saya lagi banyak banget kegiatan, salah satu yang paling utama adalah..

.. menapak karir jadi artis tik-tok!

YouTube
Gak lah, gak mungkin! Saya abis sibuk ujian akhir sekolah. Kebetulan karena sudah usai, dan saya rada nganggur, kembalilah saya kesini!

Soal ide tadi, saya sudah punya beberapa topik menarik yang akan saya bahas dalam artikel-artikel ke depan. Langsung saja kita terjun ke pembahasan kali ini!

Menurut saya, ada 4 elemen penting yang mendukung sebuah program televisi khususnya yang berupa acara komedi atau talk show. Pertama, talent atau artis yang mengisi acara. Kedua, homeband, musisi pengiring. Ketiga, penonton. Keempat, set yang mendukung.

Ini pendapat saya pribadi, ya. Jadi kalau kamu ketemu orang yang lebih ahli, atau mungkin kamu yang lebih ahli, mohon maaf kalau pernyataan saya salah! Beri saya masukan, saya masih terus mau belajar!

Kalau kamu, iyah kamu, bilang, “Tapi kan, gak semua acara pakai homeband dan penonton di studio.” Iyeap, betul! Tapi, biasanya ini akan dibantu dengan efek editing.

Rangkaian bahasan ini bisa menjadi sebuah bahasan yang sangat panjang, karena cakupan luasnya saja ada 4, dan masing-masing punya anak cucu. Ibaratnya, ini bukan soal isian, tapi esai! Maklum, efek abis ujian!

Merdeka.com
Tapi kali ini, kita gak akan ngebahas semua topik ini. Pertama, saya yang nulis bisa stress. Kedua, anda yang baca bisa stress. Nanti yang keenakan, rumah sakit jiwa! Dapet pasien ekstra!

Kali ini, kita akan bahas soal penonton. Kita pun tidak akan membahas seluruh hal tentang aspek ini. Saya tertarik membahas soal penonton, tapi yang dibayar, atau yang akrab dengan sebutan penonton bayaran! Mari kita bahas sama-sama!

Program televisi butuh penonton, baik yang ada di rumah maupun yang ada di studio. Mereka butuh penonton di rumah untuk meningkatkan pencapaian rating dan share, serta yang di studio untuk meramaikan suasana saat syuting baik langsung maupun tapping.

Bila syuting dilaksanakan secara langsung, peran penonton di studio ini menjadi semakin penting mengingat tidak bisa ditambahkan efek suara tertentu untuk meramaikan suasana acara. Bila syuting tersebut hanya tapping, maka dapat ditambahkan “efek” suara seperti tepukan maupun teriakan pada tahapan editing. Hal ini dilakukan umumnya pada acara-acara komedi, seperti kontes stand-up comedy pada salah satu stasiun televisi swasta.

Masalah bagi pihak stasiun televisi, tidak mudah untuk mengumpulkan sejumlah orang untuk menyaksikan sebuah program secara langsung di studio saat syuting berlangsung. Bisa jadi karena syuting program itu berlangsung pada jam kerja. Maka mereka membutuhkan solusi. Nah, menggunakan jasa penonton bayaran adalah solusinya!

Bukan hanya karena sulitnya mengumpulkan penonton dalam jumlah banyak, ada beberapa faktor lainnya yang juga mendorong stasiun televisi untuk menggunakan jasa penonton bayaran. Mari kita bahas, 5 alasan mengapa!

1. Mengumpulkan Massa dalam Jumlah yang Banyak Tidak Mudah

Sudah saya singgung tadi, tapi semoga gak ada yang tersinggung ya! Mengumpulkan massa itu memang tidak mudah, harus banyak makan karbohidrat! Nasi, kentang, roti!

giphy.com
Langsung aja lanjut ke poin kedua ya, daripada ngelantur gak jelas! Malah jadi laper!

2. Butuh Penonton “Peng-Ramai Suasana”

Ini khususnya untuk acara-acara komedi “tertentu”, yang membutuhkan penonton yang bisa tertawa bahkan tepuk tangan dengan “keras” untuk meramaikan suasana, tidak sekadar tertawa. Hal ini tentunya akan sulit diharapkan dari penonton yang benar-benar datang secara “tulus”.

Tipe penonton seperti inilah yang sering di-cap sebagai “alay”. Mereka adalah penonton yang dapat tertawa, bahkan disaat lawakan yang dilempar oleh para pengisi acara sebenarnya tidak lucu. Mereka juga seringkali berteriak hanya agar acara tersebut terkesan lebih “hidup”.

Saat ini, sangat sedikit program televisi yang penontonnya “murni” tidak dibayar. Memang masih ada, namun mungkin dapat dihitung dengan jari. Salah satu yang saya ketahui adalah talkshow Kick Andy Metro TV.

3. Tempat Menonton di Studio Tidak Nyaman

Memang ukuran nyaman itu penilaian relatif, tapi umumnya acara yang mengundang penonton “asli” menyiapkan tempat duduk dan studio yang nyaman. Biasanya tempat duduknya disusun dengan rapih, yang memampukan penonton untuk menonton tanpa terlalu terkendala kamera yang biasa berjejer didepan mereka, bahkan mungkin diset sedemikian rupa seperti kursi bioskop, bukannya pengungsian banjir!

TELEmisi
Jadi lain kali, kalau melihat penonton duduk berantakan di lantai, kemungkinan besar mereka.. AH SUDAHLAH! Gak usah disinggung lagi, nanti tersinggung!

Lalu, kalau begitu, tinggal buat tempat yang nyaman dong? Pertama, tidak semua program memiliki luas studio yang besar, sehingga tidak semua studio bisa membuat tempat duduk yang rapih dan nyaman. Jadi, cukup bermodalkan studio besar, pasti ramai penonton “asli”? Sayangnya, tidak juga! Lanjut ke poin selanjutnya.

4. Tidak Banyak Orang yang Ingin Menonton Langsung di Studio

Jangan pikir menonton langsung itu menyenangkan, justru mungkin lebih banyak gak enaknya, setidaknya buat saya pribadi. Kenapa? Kan kalau durasi tayang sebuah program 1 jam misalnya, kan sejam itu bukan acara terus, pasti ada jedanya. Kalau kita nonton lewat TV, kita bisa melakukan kegiatan lain saat jeda iklan tersebut. Bahkan kalau kita menonton lewat streaming, bisa kita skip, atau diganti sementara sambil menunggu jeda iklan selesai.

Bahkan, penonton di studio harus hadir lebih dulu, rata-rata sekitar 30 menit sebelum syuting dimulai. Umumnya, mereka akan di-brief dulu. Gak mungkin mereka masuk tepat disaat syuting dimulai! Live-nya jam 7, penonton baru masuk jam 7!

Datang dan pulang dari lokasi juga membutuhkan usaha lebih, apalagi di kota Jakarta yang terkenal macet ini! Udah kalau di tengah jalan gak ada hiburan apa-apa lagi!

TELEmisi
Ini satu-satunya harapan hiburan, yang dirampas juga!

Maka, saya bisa menyimpulkan bahwa penonton akan rela datang dan menonton secara langsung kalau benefit yang mereka rasakan lebih besar daripada usaha yang harus mereka keluarkan! Benefit apa saja? Misalnya, kebanggaan. Ketika dia bisa sombong ke temennya karena baru menonton acara televisi A secara langsung. Selama mereka tidak mendapat benefit apa-apa, akan sangat sulit rasanya!

5. Sadar Kalau Kontennya “Bodoh”

Mohon maaf kalau kalimat saya terkesan terlalu menyakitkan, tapi ini kenyataannya! Gimana mau ngarepin penonton asli rela datang, kalau konten yang ditawarkan sampah!

Masih terkait poin ke-3 tadi, memangnya seseorang akan bangga setelah menonton acara Reskukers secara Live? Adakah seorang anak kuliahan gitu, dia nonton langsung, besoknya dia pamer di kampus, “Eh, kemarin gua baru nonton Reskukers live!” Bukannya dipuji, mungkin ia dicampakkan dari pergaulan! Syukur-syukur, gak di-DO!

Agak berlebihan, ya!

Memangnya pihak televisi sadar apakah konten mereka bagus atau jelek? Sadar! Saya dengan tegas menyatakan, mereka pasti sadar! Lalu kalau sadar, kenapa gak diubah? Ya, karena mereka gak mau! Perusahaan gak mau! Rating dan keuntungan gak mau dikorbankan!

Jadi saya gak setuju kalau ada yang bilang, orang-orang TV itu bodoh, soalnya membuat program bodoh! Saya TIDAK SETUJU! Mereka hanya mengikuti selera pasar! Berarti yang bodoh? Jawab sendiri, ya!

Kita ambil contoh, mie instan, IndoMe (sengaja diplesetin, bukan typo). Udah banyak riset, penelitian yang menunjukkan mie instan gak bagus. Tapi kita masih suka, kan! Kita masih makan! Terus, apa kita punya hak nyalahin produsen karena masih bikin, disaat kita juga masih makan? Atau kalau kita gak makan nih, apa kita punya hak menyalahkan produsen, disaat masih sangat banyak orang-orang lain masih makan?

Yang sebaiknya kita lakukan apa? Stop nyalahin produsen! Stop bilang mereka cuma mikirin keuntungan! Yang harus diingat, tetep aja banyak konsumen! Kalau kita udah tau buruknya, beri tahu orang yang masih makan. Kalau sudah kita kasih tahu, tapi masih makan, yah sudah lah! Setidaknya, bagian kita sudah dilakukan!

Setelah itu, yang bisa kita lakuin lagi apa? Berdoa, supaya perusahaannya bangkrut! Gak.. gak.. jangan ditiru! Ini adegan profesional!

SCTV
Sudah dulu, demikian ending dari bagian pertama yang membahas soal penonton bayaran kali ini. Masih banyak bagian soal penonton bayaran yang akan saya bahas di bagian-bagian berikutnya!

Di bagian kedua nanti, saya akan bahas, apakah penonton bayaran itu pasti alay? Lalu, sejarah soal penonton bayaran! Ya, kalau saya nemu! Jadi, jangan lupa pantengin terus TELEmisi!

Oh ya, terakhir. Jadi, kalian bisa berlangganan ke blog ini. Gimana? Cukup dengan mencantumkan email address kalian, di kolom seperti gambar bawah ini. Kolom ini bisa ditemukan di home page. Cara mudah untuk segera menuju ke home page, klik logo TELEmisi yang berada diatas artikel ini.

TELEmisi
Benefitnya apa? Kalian akan ngedapetin notif artikel baru, dan banyak hal-hal lain yang sampai sekarang juga masih saya pikirin. Ini juga akan memampukan saya untuk lebih memahami pembaca-pembaca saya, apa yang kalian suka, dan demografi kalian! Dibantu, ya!

Okei, bye untuk sementara! Maju terus pertelevisian Indonesia!

2 comments:

  1. kalau mau nonton acara tanpa bayaran dan alay maka acaranya pun harus berkelas, seperti mata najwa, mario teguh atau kick andy, hahah...

    kalau yang acara bodoh, gosip dan joget2 rata2 memang penonton bayaran sih udah jelas banget itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyeap, gak bakalan ada juga yang mau nonton langsung acara "bodoh", hehe. Btw, makasih udah singgah :)

      Delete