NET TV (tak lagi) IDEALIS? - TELEmisi

Sunday, June 16, 2019

NET TV (tak lagi) IDEALIS?

TELEmisi
Beberapa hari yang lalu, saya meminta tanggapan lewat akun twitter @bryanechardi.
dan, inilah beberapa tanggapan yang saya himpun.
Salah satu hal mendasar yang mendorong saya membuat artikel ini dan sibuk-sibuk mencari fakta adalah karena beberapa hari belakangan ini sejak NET menayangkan SSTI dan FTV, banyak tersebar informasi yang simpang siur.

Di satu sisi, Good People membela NET dengan segala macam alasan. Di sisi lain, orang yang "membenci" NET senang karena bisa nge-"bully" TELEVISI MASA KINI! Namun, tak sedikit juga pecinta NET yang mengutarakan kekecewaan mereka.


facebook
Nah, artikel ini akan berusaha berada ditengah-tengah dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Jadi, sebelum kalian berpendapat..
NET kok kehilangan identitas mereka?
NET ibarat hilang arah!
Nonton NET kok kayak TRANS dulu?
..simak dulu artikel ini, KALIMAT DEMI KALIMAT!

Mari kita mulai!

Kenapa NET "tiba-tiba" memutuskan nayangin FTV dan sitkom SSTI?

Saya pakai kata "tiba-tiba" karena harus diakui ini tidak seperti NET yang selama ini kita kenal. Ini bisa dibilang pertama kalinya NET membeli tayangan "jadi" dari sebuah production house. Biasanya, mereka bekerja sama dengan PH untuk membuat serial baru.

Kan, mereka menayangkan tayangan itu karena lebaran, crew pada pulang kampung.

Bisa (saja) diterima. Namun, saya rasa tidak sesederhana itu.


giphy.com
Kalau kita ingin menganggap bahwa itu satu-satunya alasan, itu juga bisa menjelaskan mengapa tayangan kartun sangat mendominasi. 4-5 judul kartun CN mengisi slot pagi serta slot siang (sebelum FTV dan SSTI).

Tapi, kenyataan tidak sesederhana itu.

Lalu, ada cukup banyak program reguler yang "bungkus", atau diliburkan. Kita belum tahu kapan akan kembali, dan apakah mereka akan kembali. Beberapa diantaranya adalah IMS, Breakout, WIB, The East, bahkan salah satu program berita, NET 12.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, ini bukan hanya karena mudik. NET sebenarnya sedang melakukan evaluasi terhadap program-program mereka.

Bagi kalian pecinta IMS, tenang karena kemungkinan, IMS akan kembali tayang dengan waktu yang disesuaikan entah sebelum, sesudah, atau diapit kartun.

Untuk kasus Breakout, di kolom bio Twitternya (kalau benar) sudah diinformasikan bahwa mereka akan kembali tayang! Namun hanya Sabtu dan Minggu pukul 13.00. Ini berarti ada perubahan masif dalam segi jadwal penayangan, jika awalnya weekdays menjadi hanya weekends.

twitter
WIB, sudah "berhenti" sejak sebelum ramadhan digantikan oleh BUKA AE pada waktu itu. Hingga saat ini, belum ada kejelasan lebih lanjut mengenai nasib mereka, termasuk untuk The East.

NET 12, ini unik. Bisa dibilang mereka "bungkus" sebab program tayangan berita siang ini maju 1 jam, menjadi pukul 11. Dan mereka melakukan rebranding pula. Dibanding mengganti nama menjadi NET 11, mereka menggantinya dengan NETNEWS.

Berbicara soal berita, saya jadi tertarik mendiskusikan singkatan NET sendiri. Buat kalian yang tidak tahu, NET adalah singkatan dari NEWS AND ENTERTAINMENT TELEVISION. Namun, apakah singkatan tersebut masih "sesuai" jika durasi tayang berita hanya 90 menit dalam 1 hari? Program soft news semacam Entertainment News, I Look, ESPN FC juga makin dikesampingkan.

Mengapa NET harus evaluasi? Memang apa kurangnya NET, hingga kau curangi aku ~

Sriwijaya Post
GUA TAHU, INI LUCU BANGET! LUCU BANGET!

Back to laptop! Setidaknya, ada beberapa faktor yang saya rasa mempengaruhi.

Pertama dan terutama, rating. Mereka sepertinya ingin berusaha meningkatkan perolehan rating yang mereka peroleh. Sebab, semakin tahun rating mereka tak mengalami peningkatan, bahkan cenderung menurun. Dibandingkan RTV, yang secara usia lebih muda, mereka tertinggal. Dibandingkan stasiun televisi berita saja, mereka tertinggal..

Rating, rating, rating..
Kenapa NET peduli rating? Bukannya mereka mementingkan kualitas? Apa benar NET kehilangan identitas?

Begini. Saya akui bahwa diawal, NET “terlalu” idealis. Mereka menyasar penonton kelas A. Hal ini ditunjukkan lewat program-program yang mereka sajikan. Sampai titik ini, tidak ada salahnya. Namun yang tidak mereka sadari, atau sepertinya yang mereka abaikan, adalah masih sangat kuatnya pengaruh rating dalam industri pertelevisian Indonesia. Rating tetap diperlukan sebagai matriks yang mempengaruhi berbagai aspek lain, layaknya efek domino.


Rating masih sangat kuat pengaruhnya dalam industri pertelevisian Indonesia.

Aspek pertama yang tidak dapat dilepaskan dari rating adalah pendapatan, yang utamanya lewat iklan. Kalau kita amati di tahun ke-6 NET, tetap tidak banyak brand yang memasang iklan. Jeda commercial break pun lebih banyak diisi oleh promo program mereka sendiri. Hanya 1-2 program yang memiliki iklan brand.

Di awal, mungkin tak masalah bagi para investor dan petinggi NET untuk mengucurkan dana demi kelangsungan stasiun televisi ini. Namun tentu mereka berharap mendapat keuntungan atau setidaknya NET bisa mandiri, berjalan tanpa perlu kucuran dana triliunan rupiah. Dan, salah satu cara untuk mengusahakan hal ini adalah dengan memperbaiki rating.

Karena jika kita bicara soal kondisi ini, hanya ada dua kemungkinan: Meningkatkan pendapatan, atau menurunkan pengeluaran.

Beberapa keputusan NET belakangan ini juga menunjukkan usaha menurunkan pengeluaran, dengan menayangkan program dengan biaya produksi yang lebih rendah. Membuat program BARU, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tentu akan lebih rendah secara cost, jika membeli tayangan jadi seperti kartun atau FTV atau menayangkan rerun.

Semoga penjelasan diatas cukup menjawab, pertanyaan kalian mengapa NET nayangin kartun sampai segininya selama libur lebaran ini (atau mungkin juga seterusnya). Pertama, menghemat cost. Kedua, “sepertinya” ada usaha untuk mengaet pasar penonton RTV.

Mungkin banyak penonton setia NET, yang kecewa, kenapa NET tayangannya jadi “alay”, kenapa program reguler mereka dibungkus, kenapa malah nayangin kartun terus. SAYA JUSTRU SENANG! Biar saya ulangi.. SAYA SENANG! Sudah sangat lama saya menunggu momen ini!

Menurut saya, masa kejayaan NET dan program mereka adalah (kurang lebih) pada tahun 2015-2017, terutama dari kualitas tayangan. Makin kesini, kalian pun harus akui bahwa program-program mereka cenderung monoton, membosankan!

Saya akan bicara apa adanya. Saya sekarang sudah tidak sanggup jika harus menonton Ini Talkshow, satu episode lengkap. Kenapa? MEMBOSANKAN! Bukan berarti tidak lucu, Sule-Andre tetap lucu, namun membosankan! Istilah filmnya itu, dragging. The Comment, WIB, Breakout-pun demikian. Program-program tersebut bisa dibilang kehilangan “jati diri” mereka. Tidak ada “semangat” yang saya rasakan dulu. Talent-pun seakan bosan, stripping setiap hari.

Bagaimana saya bisa enjoy menyaksikan program, kalau yang mengisi acara saja tidak enjoy! Gak akan bisa!

Saya juga jujur rada kecewa dengan tim kreatif NET. Tidak bisa dipungkiri bahwa program bisa membosankan, salah satu faktornya juga karena tim kreatifnya kurang “kreatif” mencari gimmick dan lain sebagainya. Mereka terlalu berada di zona nyaman.

Justru saya bilang, kalau mau maju jangan malu menayangkan setidaknya satu sinetron stripping di jam prime time yang bisa menargetkan kelas audience yang lebih luas. Tidak ada salahnya, kok. Nah, jadikan itu pancingan agar program lain NET juga dilirik oleh target audience lain.

Saya juga agak kesal kalau banyak netizen yang menyalahkan CEO baru NET, Deddy Sudarijanto, dan berharap agar Wishnutama kembali. HEI! Jangan salahkan CEO baru sama sekali! Jujur, saya tidak kenal beliau, tidak tahu apa dan bagaimana track record beliau. Namun, saya justru senang ada yang berani mencoba melakukan perubahan. Ngapain jalan terus, kalau ngebosenin, dan gak ada perkembangan?

Come back stronger, NET!

BTW, apa kabar NET 6.0? Ada ICA 6.0 tahun ini? Artikel berikutnya akan menjawab segala pertanyaanmu perihal ini! Nantikan!

5 comments:

  1. Gini deh, kenapa harus susah2 rebut pasarnya rtv yg notabene anak2. Kayaknya cukup sulit, soalnya yg main di pasar anak2 masih ada MNCTV lewat Upin Ipin dkk, sama GTV pake sponbob dkk. Simpelnya, kenapa nggak narik pasarnya yg nggak jauh2 dari asalnya Net, remaja & dewasa menengah keatas. Caranya? Ya paling gampang beli program/kerja sama bikin program sama tv Korsel, kan enak banget tuh, pasarnya jelas ada, soalnya kebanyakan remaja sekarang jauh dari tv banyakan nonton yutub. Misal setelah bikin program kekorea2an masih blm bisa ngubah kebiasaan pemirsa dr nonton yutub ke tv, seenggaknya bisa nguatin performa Chanel yutubnya Net. Apalagi gelombangnya "halyu" masih tinggi banget, paling enak kalo bisa manfaatin momen kayak gini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trans TV sudah cukup aktif merambah pasar korea, lewat kerjasama dengan SM serta menayangkan serial korea. Lalu, ketika kita membeli tayangan jadi, apalagi serial luar negeri, kita tidak akan punya hak untuk menayangkan di YouTube dan lain sebagainya karena biasanya yang dibeli hanyalah hak "menayangkan" bukan "memiliki".

      Delete
  2. Sekarang ini program net yg rutin saya tonton cuma tonight show. Masih menghibur menurut saya.

    ReplyDelete
  3. kaget loh waktu lebaran kemarin. net kenapa ya
    kok tayangan rerun terus. pas di perhatiin juga gaada commercial break. cuma ada iklan program nya sendiri
    terus program kaya net 12 good afternoon udah gaada. di ganti net news

    dari segi desain ciri khas net juga berubah. yang biasanya kekinian malah jadi kaya tv sebelah (semoga aja cuma sementara). contoh paling keliatan net news tampilan livenya di bawah lower trid
    biasanya kan di bawah logo net ada tulisan live

    kaya jadi berantakan gitu. kok gini banget ditinggal pak tama langsung drop nya drastis
    tapi kan gak selamanya pak tama jadi ceo dan harus ada penerusnya juga.

    *gw mikir. takutnya kalo kaya gini mereka bisa bisa rubah bisnis jadi EO
    (kesotoyan sendiri ini*)





    ReplyDelete