Logo Bumper In HUT Transmedia 16 (Youtube TRANS7 OFFICIAL) |
Itulah pendapat saya mengenai penyelenggaraan HUT Transmedia ke-16 yang dihelat Jumat, 15 Desember yang lalu. Menurut saya, Trans terlalu bermain “aman”. Memang kalau dilihat, acara berlangsung secara lancar dari awal sampai akhir. Tapi tidak ada unsur yang bisa membuat penonton tercengang dan bilang “WOW!”, mungkin mentok-mentok “Lumayan”. Bukan baru kali ini saja, hal ini sudah terjadi beberapa tahun belakangan ini. Untuk artikel pendapat saya mengenai perayaan HUT Transmedia tahun lalu bisa dilihat disini: https://www.kompasiana.com/bryantvhardi/hut-transmedia-15-you-sekadar-konser-musik-biasa_5853ca74b67a61421c4f85e9
Serupa dengan perayaan HUT ke-15 tahun lalu, saya masih melihat bahwa ajang ini seakan-akan sekadar konser musik biasa. Bahkan untuk ukuran sebuah konser musik pun tidak “wah”. Beberapa aspek fundamental dan mendasar kurang diperhatikan secara mendetail. Salah satu yang menurut saya paling kritis adalah sound. Untuk sebuah acara yang mengedepankan sajian musik, tentunya harus dipastikan bahwa sound “aman” sepanjang acara. Dalam acara puncak kemarin, pada beberapa penampilan sound sempat kurang mendukung. Sebut saja pada penampilan Isyana featuring “hologram”-nya Raisa (jujur saya gak yakin apa ini bisa disebut hologram atau sekadar gambar yang ditayangkan di layar, penampilan ini akan kita bahas lebih lanjut nanti) dan juga GAC saat membawakan lagu Galih dan Ratna, dimana microphone Cantika sempat mati sesaat. Overall berdasarkan pengalaman pribadi saya, level audio program juga rada terlalu kecil dibeberapa segmen awal acara namun menjadi keras saat commercial break atau iklan berjalan.
Audio merupakan salah satu aspek penting dalam dunia broadcasting.
Jika tadi kita sudah sedikit menyinggung soal audio acara, berikutnya saya akan mengevaluasi beberapa aspek lainnya. Tata panggung, not bad. Saya bisa bilang panggungnya cukup baik, walaupun saya yakin sebenarnya masih bisa lebih baik. Lighting, cukup baik. Yang cukup menjadi concern saya adalah yang berkaitan dengan treatment penampilan dan pengambilan gambar.
Lho, ada apa dengan treatment penampilan pengisi acara? Menurut saya, SANGAT STANDAR! Secara keseluruhan, tidak ada kejutan dan aspek “wah” sama sekali! Mungkin treatment yang bisa dibilang bagus masih terhitung dengan jari satu tangan. Beberapa diantaranya adalah tata panggung pada penampilan RAN ketika membawakan lagu Mager, Zaskia Gotik yang menjadi banyak berkat efek permainan kaca, serta dalam penampilan trio BRI (BCL, Rossa, dan Isyana) membawakan lagu Burung Camar (yang diatas singkatan nama trio yah, bukan titipan sponsor).
Selain dari sisi treatment penampilan, pemilihan lagu juga seharusnya lebih diperhatikan. Bagi saya pribadi, ada baiknya mayoritas lagu yang ditampilkan merupakan lagu-lagu fresh, mungkin yang sedang top satu atau dua tahun ini. Lagu lama boleh ditampilkan, tetapi jangan sampai terlalu mendominasi karena mungkin akan menimbulkan kebosanan lebih bagi para penonton yang sudah terlalu sering mendengarnya. Ada baiknya pula kalau lagu-lagu lama tersebut diberikan sedikit sentuhan “baru” misalnya dari segi aransemen atau treatment penampilan juga.
Pemilihan lagu sangatlah penting, ada baiknya lebih banyak lagu yang ditampilkan. Lagu-lagu lama juga sebaiknya diberikan sedikit sentuhan beda dari segi aransemen atau treatment penampilan.
Perbandingan yang seimbang menurut saya adalah 80:20 (baru: lama). Kalau kita lihat lagu-lagu yang ditampilkan di HUT Transmedia kemarin, lebih dari 60% lagu merupakan lagu-lagu yang sudah cukup lama. Bahkan tidak sedikit lagu yang sudah ditampilkan di HUT ke-15 dan kembali ditampilkan di HUT tahun ini. Mirisnya, tidak ada perbedaan atau diferensiasi yang jelas baik dari aransemen musik maupun treatment penampilan sehingga tidak ada kesan spesial. Apa kalian bisa menyebutkan salah satu lagunya?
Sesuatu yang berkesan harus memiliki diferensiasi yang menarik.
Selain itu, saya rasa ada baiknya jika para pengisi acara membawakan lagu mereka sendiri agar lebih menguasainya. Boleh saja meng-cover lagu musisi lain, tetapi jangan sampai justru menjadi penampilan yang flop (yang paham bola pasti tahu arti istilah ini). Dalam HUT Transmedia ke-16 kemarin, saya bisa sebut ada satu penampilan seperti ini yang rada mengecewakan. Untuk station televisi, kalau mau lagu hits ditampilkan, sebaiknya undang musisi yang mempopulerkan lagunya. Kalau memang tidak bisa, pilih juga musisi lain yang dinilai memiliki kemampuan untuk membawakannya bahkan mungkin dengan interpretasi dan gaya mereka sendiri.
Next, mengenai pengambilan gambar. Saya tidak sedang membahas apakah gambar yang disajikan HD (High Definition) atau tidak. Saya ingin membahas angle pengambilan gambar. Penggemar fotografi atau bahkan orang awam sekalipun mungkin pernah mendengar bahwa sebuah gambar yang baik harus mampu menyampaikan sesuatu. Selain itu, juga harus memiliki point of interest yang jelas. Aspek-aspek ini juga dianut dalam dunia pertelevisian. Dalam beberapa kesempatan, saya menilai angle gambar yang disajikan kemarin tidak terlalu memuaskan.
Salah satu yang paling saya sayangkan adalah ketika opening dimana Isyana bermain “jimmy”-nya, piano, hingga menari (jarang-jarang kan kita melihat seorang Isyana menari). Ini konsep yang sangat menarik, eksekusi juga lancar, tapi kita yang menonton lewat layar kaca ataupun streaming tidak mendapatkan feel-nya. Kamera malah lebih sibuk menyorot kemegahan panggung dari jauh, bahkan sampai kita tidak bisa melihat Isyana yang seharusnya menjadi center of interest dengan jelas. Sayang seribu sayang, tapi mau bagaimana lagi? Toh kan sudah terjadi. Semoga hal ini tidak terulang di tahun-tahun yang akan datang.
Satu hal juga yang bisa saya bilang sedikit “merusak” kualitas HUT Transmedia ke-16 ini adalah dengan adanya segmen yang menampilkan mami Lambe Turah. Seriously? Maksud saya, Lambe Turah di acara puncak HUT stasiun televisi? Saya pengen banget ngebahas soal ini disini, udah gatel, tapi saya sadar kalau ini udah kepanjangan. Tapi tenang aja, pasti saya bahas secara mendetail. Nantikan!
Saya rasa demikian tanggapan saya terkait dengan perayaan HUT Transmedia yang ke-16. Komentar, saran, dan masukan bisa langsung disampaikan di kolom komentar dibawah ini. Oh ya, dari tadi sibuk mengevaluasi sampai lupa ngucapin. Dirgahayu Transmedia, jaya selalu. Semoga program-programnya semakin berkualitas. Selamat juga karena berhasil memenangkan hak siar FIFA World Cup 2018! Maju terus pertelevisian Indonesia!
Ada banyak sekali hal yang akan saya bahas mengenai Transmedia dan hak siar FIFA World Cup 2018. Penasaran berapa uang yang digelontorkan Transmedia untuk memenangkan hak siar Piala Dunia? Selain itu, kemarin Najwa yang notabenenya tidak sedang terikat di stasiun televisi manapun mengisi acara kemarin. Apa ini merupakan pertanda? Nantikan pembahasannya segera, hanya di TELEmisi!
No comments:
Post a Comment